Aksi Pemalakan Parkir Nodai Suksesnya Festival Calender Event Karapan Sapi 2025

Sumenep– Pelaksanaan Festival Karapan Sapi Tingkat Kabupaten Sumenep 2025 di Lapangan Giling berjalan lancar serta sukses digelar sejak pagi hingga sore hari. Namun dibalik suksesnya acara itu ternodai adanya praktik pemalakan parkir liar yang sangat mahal hingga membuat beberapa pengunjung geram dan resah. Minggu (14/9/2025).
Menurut beberapa pengunjung yang enggan namanya dipublis, sebut saja D menyampaikan bahwa harga parkir sepeda motor yang ada dikawasan Pujasera Bangkal dan sekitarnya dipaksa untuk membayar Rp 10ribu per motor.
Ironisnya, yang menjaga parkir justru berperilaku layaknya seperti preman-preman jalanan, bukan seperti petugas parkir. "Ini jelas menodai dan memanfaatkan acara event piala Bupati Sumenep. Acara ini menjadi tamparan keras bagi Bupati Sumenep, yang seharusnya menjaga Marwah dan nama baik acara Calender Event 2025," ungkap.
Para penjaga parkir yang memanfaatkan lahan parkir Pujasera Bangkal yang tidak diketahui domisili-Nya itu langsung meminta membayar terlebih dahulu sebelum masuk ke stadion. Bahkan, ia tak peduli yang datang seorang jurnalis dengan tujuan untuk meliput acara yang berlangsung.
“Semuanya sama Rp 10 Ribu. Saya disuruh Cakrul,” ujar petugas parkir seraya menunjuk orang berpenampilan layaknya preman bertubuh gempal.
Keluhan senada juga disampaikan NH (41), warga Pragaan, yang mengaku merasa terhina dengan perlakuan arogansi saat di lokasi parkir.
"Kami datang untuk menikmati, bukan untuk diperas. Yang jaga pun gayanya seperti preman, bikin pengunjung takut," ujarnya kesal.
Tidak hanya itu, hal senada juga dirasakan oleh rekan-rekan wartawan yang mendapat perlakuan sama saat hendak meliput, mengeluhkan adanya premanisme parkir di areal Pujasera Bangkal.
"Ini jelas pemalakan yang memanfaatkan acara Bupati. Baru turun motor langsung dimintai Rp10 ribu. Sepertinya yang ditunjuk petugas parkir itu salah satu pedagang di Bangkal itu," keluh RD yang sehari-harinya berprofesi sebagai wartawan.
Praktik liar ini jelas mencederai citra Karapan Sapi yang seharusnya menjadi warisan budaya Madura yang penuh kebanggaan. Alih-alih pulang dengan cerita tentang kecepatan sapi pacu bernama unik seperti DRT Malindos, Bola Api Neraka, Rudal Angkasa, hingga Kapten Zeus, penonton justru lebih banyak membicarakan pemalakan parkir ala preman.
Kejadian aksi premanisme tersebut diharapkan tidak terulang untuk kesekian kalinya. Pemerintah terkait segera menindak lanjuti aksi pemalakan tersebut, karena secara langsung telah menodai citra Pemkab Sumenep, sebab acara tersebut agenda yang digelar lewat Calendar Event oleh Pemkab Sumenep.